
Batik Pewarna Alam Milik Warga Galur Tembus Pasar Internasional
Galur,(kulonprogo.sorot.co)--Batik tulis dengan menggunakan pewarna alami dari dedaunan dan kulit pohon milik salah seorang warga Desa Banaran, Kecamatan Galur, ternyata mampu menembus pasar internasional. Bahkan pengrajin batik ini pun kini menjadi instruktur nasional berkat ketekunannya mengolah daun-daunan menjadi bahan pokok untuk mewarnai batik hasil karyanya.
Berawal dari menemukan pohon perdu yang biasa ditemui di tepi jalan, Widodo (49) kemudian mengolahnya. Tanaman yang biasa disebut dengan tanaman tom itu dicampur dengan kulit pohon mahoni, daun mangga serta daun putri malu untuk dijadikan bahan pewarna alami berupa pasta.
Saya lihat tanaman tom itu kebetulan saja. Kira-kira tahun 2000, kemudian saya olah dengan campuran beberapa bahan tadi dan saya bikin pasta. Saat saya jual ke beberapa pengrajin di Yogyakarta mereka tidak percaya, tapi setelah beberapa kali dicoba akhirnya malah mereka berlangganan pewarna dari saya,” ujar Widodo mengawali ceritanya.
Pada tahun 2004 Widodo kemudian berusaha merintis kerajinan batik tulis dengan menggunakan pewarna hasil olahan sendiri dan mendapat kesempatan mengikuti pameran tingkat nasional. Saat itulah hasil kerajinan batik tulis milik Widodo, dimana usaha kerajinan diberi nama Tom Batik ini mulai dikenal secara luas hingga mancanegara. Bahkan kemudian warga Desa Banaran ini sempat didaulat memberikan pelatihan kerajinan batik di sejumlah wilayah di Indonesia. 
Setelah itu ada belasan warga Jepang yang datang kesini untuk melihat langsung pengolahan pewarna alam,” ucap Widodo.
Dari hasil penelusuran yang dilakukan pewarna alami bikinan warga Desa Banaran yang ternyata bernama latin Indigo Fera Tinctoria ini ternyata memiliki nama yang berbeda-beda di sejumlah wilayah. Di wilayah Jawa Barat bernama daun tarum, di Sumatera bernama salaon, di Kalimantan bernama rengat, di NTB bernama taum dan di Flores bernama sampa.
Itu jenis daunnya sama tapi di tiap daerah namanya berbeda-beda. Dan daun tom ini jarang diperhatikan karena berupa tanaman perdu biasa yang mudah ditemukan,” tambahnya.
Sementara dalam membuat batik tulis berbahan pewarna alami, untuk 1 lembar kain dengan kualitas sedang memakan waktu hingga 5 hari dan untuk kualitas bagus memakan waktu hingga 15 hari dengan dipatok harga yang cukup terjangkau, yakni antara Rp 175-250 ribu untuk batik ukuran 2 meter dan Rp 300 ribu untuk batik ukuran 2,5 meter.
Yang sudah sering membeli langsung kesini ada dari Itali, Jepang, Canada, Texas, Singapura, Malaysia dan Jerman. Dan saya mempersilahkan apabila ada yang berniat berlatih disini dan gratis,” pungkasnya.