
Tugu Pagoda, Pengingat Keberadaan Warga Tionghoa di Kulon Progo
Wates,(kulonprogo.sorot.co)--Keberadaan warga Tionghoa di Kabupaten Kulon Progo saat ini memang tak sebanyak kota lain. Namun begitu, kehidupan di tanah Adikarta itu pernah diwarnai dengan keberagaman etnis Tionghoa dengan warga Kulon Progo lainnya.
Salah satu bukti bahwa warga Tionghoa pernah hidup berdampingan dengan warga di Kulon Progo adalah keberadaan toko milik warga Tionghoa yang masih eksis hingga saat ini serta berdirinya Tugu Pagoda di teteg wetan Kota Wates atau di simpang tiga Jalan Perwakilan, Wates.
Pada 23 Desember 1931, Tugu Pagoda diresmikan sebagai persembahan dari warga Tionghoa yang bermukim di Wates atas peringatan 25 tahun bertahtanya Paku Alam VII dam 100 tahun Adikarto.
Tugu setinggi sekitar 3 meter dengan tulisan ejaan lama serta huruf Mandarin di bawahnya itu menjadi perlambang kuatnya kerukunan antar warga Kulon Progo dengan etnis Tionghoa kala itu.
"Memang Tugu Pagoda adalah simbol bahwa dulu hubungan warga Kulon Progo dan etnis Tionghoa sangat kuat. Tugu itu merupakan salah satu warisan budaya yang dilindung. Kita punya beberapa catatan yang terdokumentasikan soal keberdaan tugu itu," ungkap Sekretaris Dinas Kebudayaan Kulon Progo, Joko Mursito, Jumat (16/02/2018).
Ketika pertama kali diresmikan pada 87 tahun silam, tugu tersebut berwarna putih, kemudian tugu sempat dicat ulang dengan warna kuning kombinasi hijau. Seiring dengan pelebaran jalan Pahlawan dan pembuatan taman di depan Komplek Pemkab Kulon Progo, tugu tersebut dicat ulang kembali seperti warna awal dan ditambah sentuhan warna emas. 
"Perawatan kita standar. Tak bisa merubah bentuk, tak bisa menggeser lokasinya karena itu bagian dari sejarah. Etnis Tionghoa sudah memilih lokasi di situ maka harus kita uri-uri sesuai aslinya. Kita cukup menambah lanskap dengan tanaman hias dan lampu di sekitarnya," sambung Joko.
Saat ini jumlah etnis Tionghoa di Kulon Progo tak sebanyak dulu. Hanya sekitar 10 kepala keluarga (KK) yang saat ini masih ada di Kulon Progo. Namun begitu, masyarakat Kulon Progo masih terus menjaga hubungan baik dengan mereka.
Salah seorang warga Mutihan, Kuntadi sempat menceritakan bagaimana dulu kerukunan antara etnis Tionghoa dengan warga sekitar terbangun. Setiap perayaan Imlek, etnis Tionghoa selalu mengundang warga sekitarnya untuk menikmati hidangan khas perayaan Imlek bersama.
"Dulu zaman kakek saya, puluhan tahun lalu, ketika Imlek pasti orang Tionghoa selalu mengundang tetangganya untuk makan bersama. Tapi saat ini tradisi itu berangsur menghilang dengan berkurangnya etnis Tionghoa di Kulon Progo," kata dia.