Melongok Prosesi Jamasan Kitab Lontar Jamus Kalimasada, Rutin Setiap 1 Suro
Budaya

Melongok Prosesi Jamasan Kitab Lontar Jamus Kalimasada, Rutin Setiap 1 Suro

Sentolo,(kulonprogo.sorot.co)--Awal Bulan Suro pada penanggalan tahun Jawa menjadi waktu yang ditunggu-tunggu banyak orang. Biasanya waktu-waktu awal Suro dimanfaatkan untuk membersihkan pusaka peninggalan leluhur atau barang lainnya bagi sebagian orang.

Seperti yang dilakukan oleh keluarga generasi ke-4 keturunan Ki Darma Gati di Pedukuhan Klebakan, Kalurahan Salamrejo, Kapanewon Sentolo. Sejak empat generasi, keluarga ini selalu melakukan jamasan kitab lontar Kalimasada peninggalan leluhur.

Bila dirunut, kitab lontar Kalimasada tersebut merupakan pemberian Raja Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) VII. Kitab lontar Kalimasada tersebut diberikan kepada Ki Darma Gati sebagai hukuman.

Mulanya, Darma Gati diminta untuk memburu macan yang bakal diikutikan dalam aduan hewan yang digelar di Kraton Yogyakarta pada masa itu. Hingga batas waktu yang ditentukan, Darma Gati tak kunjung mendapatkan seekor macan untuk dibawa ke Kraton Yogyakarta.

''Akhirnya leluhur saya kemudian menggunakan kemampuannya untuk merubah ikat kepala menjadi seekor macan yang kemudian dibawa ke Kraton untuk diikutkan adu hewan,\

" kata R Sukaryono, sesepuh keluarga generasi ke-4 Ki Darma Gati usai melakukan jamasan kitab lontar Kalimasada pada Sabtu (30/07/2022).

Ketika macan milik Darma Gati diadu dengan hewan lain, macan milik Darma Gati akhirnya kalah dan kembali ke wujud semula menjadi sehelai kain ikat kepala. Hal itu menyulut kemarahan sejumlah punggawa kerajaan yang menyaksikan. 

Awalnya, akibat perbuatan tersebut Darma Gati bakal dihukum dengan sanksi yang berat. Namun hal itu justru tak dikehendaki oleh Sri Sultan HB VII. Berangkat dari kebijaksanaan sang raja, Darma Gato justru dipercaya untuk menjaga kitab lontar Kalimasada milik Kraton Ngayogyakarta hingga keturunannya saat ini.

''Cerita itu merupakan kisah yang dituturkan turun temurun sejak kakek hingga bapak saya. Memang begitu adanya,\

" imbuh R Sukaryono.

Dalam proses jamasan kitab lontar Kalimasada kali ini, sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, sebelum masa pandemi Covid-19, seluruh keturunan Darma Gati bakal berbondong-bondong mendatangi kediaman R. Sukaryono untuk mengikuti jamasan.

''Tapi kali ini suadara-saudara jauh memang kami minta tidak datang agar tidak menimbulkan kerumunan,\

" terang Sukaryono.

Proses jamasan dimulai dengan membuka kotak tempat penyimpanan kitab lontar. Setelah kitab lontar dikeluarkan dan diletakkan di atas bantal, sampul kitab lontar yang diperkuat dengan tali dibuka.

Setelah itu, setiap halaman kitab lontar berusia lebih dari 100 tahun itu diolesi dengan minyak khusus secara hati-hati. Ketika minyak mulai dioleskan, secara samar nampak aksara Jawa kuno yang berjejer rapi. Pemberian minyak ini tak hanya dilakukan oleh satu orang saja, melainkan oleh sejumlah orang, baik keturunan Ki Darma Gati maupun warga setempat.

Namun keunikan dari kitab lontar ini ialah perbedaan jumlah halaman setiap kali proses jamasan dilakukan. Setiap tahunnya, jumlah halaman bisa saja lebih banyak maupun lebih sedikit ketimbang tahun sebelumnya.

''Tahun kemarin ketika dijamasi, jumlahnya ada 59 daun lontar. Untuk tahun ini, kita tadi hitung ada sebanyak 65 daun lontar,\

" kata R Sukaryono.

Secara garis besar, kata Sukaryono, isi dari kitab lontar ini berkaitan dengan anjuran tentang pemerintahan yang baik. Hal itu pula yang disebut menjadi salah satu acuan ketika presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno merumuskan dasar negara yakni Pancasila.

Lurah Salamrejo, Dani Pristiawan mengatakan bila pihaknya mengapresiasi kegiatan jamasan tersebut sebagai salah satu warisan kebudayaan yang mesti dilestarikan. Terlebih, kitab lontar Kalimasada tersebut telah diakui oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo sebagai benda bersejarah.

''Kami mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk pelestarian warisan budaya. Kami merasa berterima kasih kepada keluarga keturunan Ki Darma Gati yang telah memperkenankan proses jamasan ini diketahi banyak orang,\

" kata Dani.

Bagi pihak Kalurahan Salamrejo, Kitab Lontar Jamus Kalimasada ini memiliki keistimewaan. Pesan-pesan yang tertulis dalam kitab itu nengajarkan bagaimana menjalankan kebaikan dalam hidup yang semestinya harus ditularkan kepada generasi selanjutnya.